Saturday 28 March 2015

Sosok Teladanku, Kandungku



by Novan D. Cahyono 0 comments

Aku memanggilnya Bapak, karena memang itulah panggilan yang pantas untuknya, tidak berlebihan. Namun panggilan itu juga tidak menunjukkan kasta yang bawah. Suatu panggilan yang dirasakan begitu akrab, hangat dan mempu menggetarkan hati saat kita menyebutkan hanya untuk beliau. 

Mempunyai seorang Tauladan yang baik adalah anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Terkadang rasa beruntung itu patut disyukuri dengan rasa rindu yang tinggi. Entah apa sebutannya yang paling pantas bagi seorang tauladan. Yang paling penting hakikat seorang contoh itu bisa menjadikan role model yang melekat di ingatan kita, sehingga kita merasa harus menirunya karena kelakuannya: gayanya berjalan; tenangnya berbicara; memberi nyaman dari sentuhan nasihatnya; dan yang paling tidak bisa dipungkiri adalah kasih sayangnya. Aku mendapat “sesuatu” yang harus aku terjemahkan menjadi sebuah tulisan kali ini. Dalam kalimat kedua terakhir, saya rasa kasih sayang itu sesuatu yang terbatas. Terbatas hingga mereka menyadari bahwa mereka tidak akan mendapatkan keberuntungan berupa kasih sayang dari Seorang Ayah. Aku mungkin menjadi salah seorang yang beruntung. Ayahku masih bernafas di dunia ini. Itu juga artinya Beliau bisa melihatku melenggang sampai sejauh ini. Tetapi ingat kasih sayang yang terbatas ini bukan berasal Sang Pencipta. Karena Tuhan Kasihnya tak terbatas.

Tidak banyak orang yang akan mengabadikan biografi ayahnya sendiri. Krisis waktu dan kurangnya pemahaman tentang cerita dari orang ketiga, kasih sayang langsung dari seorang ayah, maupun masalah dan dinamika keluarga yang terjadi membuat seseorang enggan untuk membuat sejarah itu kembali dituangkan dalam dunia tulis menulis. Sejarah yang ditulis itu sangat penting. Manfaatnya kita dapat mengenang seseorang yang telah mempunyai andil besar adanya kita di dunia ini, anak cucu kita dapat membayangkan seorang kakeknya hanya dengan membaca apa yang telah kita dokumentasikan. Sayangnya Aku juga belum mengetahui sosok kakekku dulu yang katanya seorang pejuang dan seorang tukang becak. Begitu juga dengan buyutku. Silsilah keluarga Ibuku, menurut penuturan “Pak lek” memang berasal dari salah satu Wali songo di Jawa Timur. Namun terputus karena Ibuku. Silsilah hanya dapat dilanjutkan oleh keluarga laki-laki saja. Sekarang, janganlah kita tambahi cerita kita dengan rincian yang tak perlu.

Mari kuceritakan tentang Biografi Bapak Saya. Biasanya saat aku bertemu dengan Saudara, ataupun saat berbincang dengan ibuku aku selalu menggalih apakemampuan Bapakku di masa yang lalu atau menanyakannya secara langsung. Ini Aku lakukan agar aku paham siapa orang tuaku itu. Satu hal yang tidak bisa aku pungkiri adalah aku terlalu segan untuk membantah Perintah Bapakku. Padahal, tidak seperti kebanyakan orang tua, bahkan dia hanya berbicara pelan dan tulus seperti sedang tidak melakukan perintah. Beliau juga jarang membentak-bentak. Namun perintahnya langsung nancap di hatiku. Ayahku semasa muda adalah anak kelima dari 11 orang bersaudara. Pada zaman-zaman orde lama yang tidak enak. Beliau berfikir untuk bekerja menjadi seorang kuli. Saat itu seusia SMA mungkin, rumah Bapak pas berhadapan dengan rumah temannya KH. Akhathath (mantan ketua HTI, sekarang Sekjen FUI) seorang yang sangat cerdas saat muda dan tidak mau bergabung dengan kemenag meski waktu itu ditawari masuk tanpa tes, dengan alasan banyak praktik korupsi. Seorang kuli dijalani dengan tidak ada perasaaan malu sama sekali. Dia mengangkut pasir dari sungai dengan gerobak dan menjualnya ke tempat pesanan. Bapak juga tidak menolak untuk dibayar sebagai kuli cat untuk melapisi tembok yang terbuat dari bambu (baca:gedek) padahal saat itu sedang bulan puasa. Saat lulus Sekolah STM listrik waktu itu ia mencari pekerjaan. Untuk menambah pengalaman kerja, Bapak mengikuti kursus menjahit pakaian. Beruntung waktu itu ada lowongan sebagai pegawai Negeri Sipil. Waktu itu peminat untuk menjadi Abdi Negara Pemerintahan Kota sangat sedikit, atau hampir tidak ada peminatnya, karena gajinya sangat kecil. Tempo itu juga tidak seperti sekarang yang mengharuskan untuk membayar 100-200 Juta kepada Oknum Walikota, Kemenpan, Polisi, Pegawai Negeri Sipil Perantara. Setelah masuk beliau bertugas sebagai pemutar film layar tancap di malam hari. Di departemen Penerangan (Sekarang bubar). Setiap hari berangkat kerja dengan jarak lebih dari 10 kilometer menggunakan sepeda pancal. Pernah waktu bertugas malam hari hujan pukul 12 Malam, Bapak berangkat dengan sepeda dalam kondisi hujan dan jalan yang gelap. Waktu itu belum ada penyediaan penerangan jalan. Hanya lampu yang melekat di sepeda dengan bantuan dinamolah yang menemani Bapak melaju terang. Bapak juga pernah mengikuti kuliah hukum di usia 40 tahunan di luar kota 4 hari seminggu dijalani. Di Universitas Panca Marga Probolinggo. Selama 4 tahun sampai lulus. Hingga akhirnya setelah menyelesaikan PIM 3 sekarang menjadi seorang Pejabat Eselon 3 (Setingkat Kepala Kantor) suatu badan pemerintahan dengan jalan kebenaran, bukan jalan kebeneran atau jalan kebetulan. Sekarang sedang memasuki tahun pensiun. Itulah sesingkat perjalanan hidup seorang Bapak. Bapakku.

Bapak tidak pernah sekali kali memukul ibu saya dari saat berkenalan sampai hari ini, itu kata Ibu. Bapak saya Pendiam. Saya lebih sering belajar dari contoh-contoh bagaimana beliau bersikap dan berperilaku. Jarang sekali Bapak saya menasehati saya secara langsung. Dari beliaulah saya belajar ilmu sosial. Karena Beliau sering mengajak saya kalau ada pertemuan Rembuk Warga Tahunan. Beliau seorang Ketua Rukun Warga yang orang-orang tidak mau jika beliau tidak menjadi Pak RW lagi. Mungkin ini sebabnya Bapak sudah menjadi RW selama lebih dari 10 tahun. Pernah suatu saat Bapak berkata kepadaku, bahwa banyak orang tidak mau menjadi RW di desa karena tidak ada gajinya, padahal Bapak ingin berhenti karena sudah lelah bukan karena tidak ada gajinya. Pernah Suatu saat ada masalah, banyak warga datang ke rumah, mereka hampir adu jotos parena persoalan tetangga yang sepele yaitu sampah. Akhirnya setelah ada pendamaian yang di bawa Bapak. Persoalan selesai.
Kegiatan rumah kebanyakan Bapak urus sendiri, Mulai mencuci motor, Mencuci Mobil, Mengurus Pekarangan, karena menurutnya itu adalah penghilang rasa stress maupun upaya untuk mengisi waktu yang terbuang sia-sia.

Suatu ketika ada teman kantornya datang, Ia adalah Staff bawahan Bapak, dan berkata “ Pak Wid itu bukan pekerjaan bapak (Mencabuti rumput dengan setengah telanjang atas) bapak kan levelnya sudah manajerial”, bapakku tertawa dan berkata “apakah ini hanya pekerjaan seorang kuli ?”. dari jauh saya berkata dalam hati “tamu itu baru tahu, kegiatan itu sudah dilakoni Bapak selama lebih 30 tahun” yang substansinya adalah Bapak sudah biasa melakukannya. Bapak berbobot 46-51 dengan tinggi 165cm. bobotnya dari dulu tetap sama, tidak pernah berubah. Betapa mungilnya dia. Namun dia tetap sehat dan mampu menyaingiku berenang lama, bangun mendahuluiku setiap saat, dan giat bekerja. Aku menjadi malu secara pribadi dengan tingkahku sendiri.

Saat orang membuat mushola di kampung-kampung dan waktu itu terlewati oleh kami (kira-kira 6 tahun lalu), ia berkata :”Buat apa mereka membangun mushola, padahal jarak masjid hanya 200 meter. Lebih baik berjamaah di masjid supaya jama’ahnya banyak”. Deg!, waktu itu, aku hanya mengunjungi masjid kalau ada acara besar dan sholat jum’at. Dengan ucapan Bapak, Aku menjadi termenung. Memang Bapak tidak pernah menyuruhku untuk sholat di masjid secara langsung, tapi Beliau melakukannya!. Ketika banyak langgar/mushola dekat rumah, Bapak lebih senang menuju masjid saat Sholat Isya’ dan Subuh karena pada saat Dhuhur beliau bekerja, asharnya mungkin lebih senang sholat sendiri, tetapi Maghribnya beliau langsung pimpin sendiri berjamaah di rumah.

Bersambung dulu ya…

Share this post:
|
Comments 0 comments
Bagaimana menurut kamu ? Subscribe to my feed


Post a Comment

Saya Novan Dwi Cahyono , tidak akan sanggup untuk membuat negara menjadi bangkrut karena secara substansial aku tidak membayar dimuka untuk pengabdianku.


------------- Penyejuk Hati -----------
Pelayanan yang kita berikan kepada sesama itu sesungguhnya, sewa yang kita bayar untuk tempat di bumi ini. Jelaslah manusia itu menempuh perjalanan bahwa maksud dunia ini bukanlah untuk memiliki dan mendapatkan, melainkan untuk memberi dan melayani.

Program Baru

New Cool Tools !
Novs Creator (600Kb) , tools portable (tanpa install) multifungsi yang membuat computer system Windows bebas worm tanpa antivirus dan sejenisnya hanya dengan beberapa sentuhan. Membuat pengguna semakin pintar dengan Win@os, include : shell portable(command prompt), Autoruns, Rootkit Unhooker, Bobo Regedit. download , passwordnya : "infonovan" tanpa kutip, coba kehandalannya!

Subscribe feeds rss Berlangganan Artikel

Ketikkan E-mail Anda di sini untuk berlangganan artikel

Kategori Teknologi 2009 - 2010

Kategory

Subscribe Posting terakhir

Langganan komentar Komentar terbaru

Join in this Site


Berbincang