Saat majalah kecil yang menerobos ruang dan waktu ini kubaca bolak - balik, tulisannya memang sungguh menginspirasi. Beberapa halaman dengan tema Dokter yang bekerja dengan tidak mematok tarif, dengan tema hukum yang ditulis Bapak Mahfud MD, Indonesia Mengajar, Jujur Saja Tidak Cukup - Oleh Abraham Samad, serta Menjadikan DKI : Bapak yang baik - Ahok. Tulisan ini hanya mungkin terbaca olehku saja, karena aku yang membawanya kemana-mana. Isinya itu loh sebenarnya jika dibaca dengan teliti akan mengundang rasa penasaran bagi idealis manapun. Namun sayangnya buku ini hanya dibaca olehku. sebenarnya mereka juga membutuhkan makanan seperti ini juga, ini tentang minat saja - Minat membaca.

Itu tentang buku, perjalananku kali ini berbeda sekali dengan perjalananku yang lalu-lalu. ini tentang tungganganku, kereta api yang membawaku dari cikampek menuju Semarang lalu Maju lagi sampai akhirnya ke Surabaya. Sebenarnya dalam perjalanan aku ingin sekali menemui seseorang yang pernah kutemui. tetapi mungkin belum saatnya karena aku sangat ingin beristirahat di dalam Gerbong. Dinginnya Udara yang mengalir waktu itu membuatku ingin berjalan menuju ruang makan, hidungku sangat dingin sekali. sedingin es-krim karena freon yang ditiupkan sangat banyak terlebih lagi itu malam hari. aku membuka dompetku yang kala itu hanya tersisa 50 ribuan kusut dan kesepian. aku membeli mie goreng dan juga membeli teh wadah plastik yang sangat panas, panas sekali. sehingga saat habis juga makanannya, minumannya masih penuh dan masih panas. Di sampingku ada juga yang sedang menikmati hidangan. pangkatnya tinggi, seorang perwira menengah dari kesatuan Angkatan Laut. Namun, aku menjadi pemdengar yang baik antara Beliau dan Petugas Kereta Api. Beliau sedang menuju ke Semarang. Saat Seorang Kondektur Kereta meminta ditunjukkan tiket perjalanannya, "Saya tidak membawa tiket, saya cuma ditugaskan oleh PT KAI, ini surat tugasnya", kata Pak tentara ini. Saat ku berikan tiketku, "Cahyo tujuan Surabaya", kata petugas itu sambil melubanginya, sedang petugas lain memberikan cek list pada bukunya.

Waktu kala itu menunjukkan sekitar pukul 4 Pagi. Sekitar daerah entahlah, menuju Semarang Pokoknya. saya ingin sekali membeli bakpia patok di Stasiun Tawang. Namun, saat aku terbangun, toko kelontongnya sedang "Not Steady". akhirnya aku tidur terlelap. Hawa panas mengalir menembus sweater tipisku, memengaruhi kelenjar keringat. meneteskannya. Ternyata aku berada di Sekitar Jawa Timur yang tadinya berasal dari stasiun Bojonegoro tandas menuju Stasiun Pasar Turi. Dengan dijemput Mobil MPV saya diantarkan pulang oleh Kakakku. aku menuju Gunung Sari Indah, Blok HH no 8. itulah Rumah Pakde ku. ini juga merupakan rumah kedua saat aku tidak berada di rumah yang pertama. Aku hampir sering menuju ke sini, separuh hidupku. Pakdeku sebenarnya adalah Ayah angkatku yang kedua, tapi aku tak mengakuinya sebagainya. hanya seorang Pakde, kakak dari Ibuku yang Paling Kusayangi.

Tiba di Kampung waktu menunjukkan pukul 12.00 AM. dan aku tiba-tiba ingat. Dua sahabatku yang mereka berdua juga sangat bersahabat juga menikah. pada jam dan tempat yang sama dan tempat yang berbeda. aku harus kesana. Tapi sayangnya saat aku kondangan ke tempat mereka aku tidak bersamanya karena ada kepentingan yang lain ia menundanya untuk berangkat bersama yang lain besok pada hari Minggu. wah yang paling heboh saat saat aku berangkat. mungkin aku sedang apes, ada teman wanita yang ingin berangkat dia sudah bersuami tetapi karena dia ingin bareng. melihat keadaan karena dia tidak mempunya alat transportasi aku tidak tega dan aku mengijinkan dia bareng. Dia membawa anak. yang perasaanku jadi aneh ketika ada orang lain melihatku. Aku masih bujang, tetapi sudah ditemani oleh orang yang sudah ber-anak. Namun kita tidak berangkat sendiri, tetapi rombongan kecil-kecil. ya Sudahlah.

Paginya aku ditawari untuk ke Kondangan yang sudah Selesai. Sayangnya waktu itu harus kupersiapkan untuk menuju ke Surabaya lagi. (Bersambung Dari ujung ke ujung dalam sebulan (2))