Air di angin menebas debu-debu yang tadinya berterbangan. suasananya setengah gelap. padahal masih pukul 2 siang. waktu itu aku tidak membaca apapun. aku kering. Namun, aku bersama dua orang sahabat bernama Heri Febrianto yang saat itu dengan sabarnya Oktafri Nur Rohman  telah mengantarnya ke Pool Damri Cikopo, Desa Cibungur untuk mengantar kami ke Bandara Soekarno Hatta, waktu sudah kami perhitungkan dengan manis. Kami berangkat berdua Heri dan Saya menaiki Damri, Bis Eksekutif khusus Bandara Soekarno Hatta yang bertiket cukup mengguncang kantongku. Harganya 55 ribu. perjalanan kami tempuh hanya dengan waktu jalan Satu jam 47 Menit. Asyik menunggu, kami sadar betul bahwa tenggorokan kami kering dan perut kami bergoyang-goyang. menyentil-sentil nafsu makan yang hebat. mampirlah kami ke Warung ayam goreng yang rendah gizi dan tinggi kalori. Sebetulnya bukan ide bagus untuk bertamu ke sana, tetapi karena kepepet, akhirnya saya memesan ayam dan memesan juga minuman rasa balsam disana. kebetulan minuman balsam itu ampuh untuk menyadarkan tenggorokanku yang kering.

di tempat waiting room, kami dibut geram oleh petugas bandara yang kurang berkomitmen dengan boarding passnya. pasalnya kami diarahkan ke Pintu 4, tetapi sebenarnya pesawat itu berada di Pintu 6. Terlebih lagi, daftar delay yang luarbiasa kurang ajarnya, hampir 2 Jam. Namun, kami sedikit di rayu dengan diberi makanan hoka-hoka bento itu. Makanan pencegah masuk angin saat kami berada di ruangan dengan AC 16 C dan blowernya cukup kencang. eh setelah ada jadwal delay, pintu kami digeser ke pintu 2. Sungguh menakjubkan!.

Tiba di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, - aneh khan namanya ?. kami bermalam di rumah kakak kandung Heri di Sidoarjo. dan pagi harinya kami berangkat naik Bus model Harapan Jaya. tahukah kamu tuhuan kami kemana ?, ya seperti biasa, kami selalu punya teman korps yang letaknya tersebar di penjuru Indonesia. Saat itu memang ada yang sangat beruntung sekali. Beruntung di Janur Melengkungkan, dia bernama Panji Witoko berdaerah di Kediri. Jadi, kami sekalian menuju Kediri. sebetulnya kami telah ditawari untuk bareng bersama teman berangkat dari arah surabaya, atau Malang, tetapi karena sudah penuh kendaraan pengangkutnya kami memutuskan untuk naik bus itu. Kepalang hebat. Jarak tempuh kami mungkin tidak menjadi masalah, hanya 2 Jam 50 Menit. tapi yang menjadi masalah adalah saya berdiri di bus itu selama 1 Jam 40 Menit dan Seorang Heri telah berdiri 2 Jam lebih dan sesekali duduk di pinggir pintu masuk bus bagian depan dengan tanpa alas yang empuk. Ini adalah bentuk penghormatan kita kepada teman. 1000 km pun kami tempuh. walau akhirnya kami terlambat dan sedikit merasa malu karena teman-temanku telah menunggu kami di sana sebelum mereka masuk. Aku Kagum kepada kelompok ini. dari hati yang paling dalam. masih ada kebersamaan.

selesai acara kami nongkrong di stasiun kediri, Saya waktu itu bersama Heri dan Taufigur Husaini sedang menunggu kereta menuju bandung. Tujuan kami berikutnya setelah bandung adalah tenpat peraduan kami, yaitu tempat perbatasan. kami bekerja di daerah perbatasan, perbatasan Purwakarta dan Karawang. dan aku telah sadar Dua minggu depan aku telah memesan tiket kereta pergi pulang Jawa Barat - Jawa Timur (Bersambung Dari ujung ke ujung dalam sebulan (3))